Harga Google Glass Terbaru

Anda mungkin sudah sangat familiar dengan kacamata. Lalu, bagaimana dengan Google Glass? Jika kacamata adalah alat yang digunakan untuk membantu mereka yang mengalami gangguan penglihatan, terutama ketika melihat dan membaca, maka Google Glass merupakan kacamata yang didesain menggunakan teknologi Augmented Reality sehingga memungkinkan pengguna mendapatkan informasi apa saja hanya melalui perintah suara. Dengan fitur yang sangat canggih, tidak mengherankan jika alat ini punya harga yang cukup mahal.

Pengembangan dan Manfaat Google Glass

Google Glass sendiri dikembangkan oleh Google X, fasilitas di dalam Google yang ditujukan untuk kemajuan teknologi seperti mobil tanpa pengemudi. Prototipe Google Glass menyerupai kacamata standar dengan lensa yang diganti dengan head-up display. Pada pertengahan 2011, Google merekayasa prototipe yang beratnya 8 pon atau sekitar 3,6 kg. Namun, dua tahun kemudian, bobot kacamata ini diklaim lebih ringan daripada kacamata hitam.

Produk ini sendiri diumumkan oleh perusahaan teknologi AS secara publik pada April 2012. Sergey Brin, pendiri Google, mengenakan prototipe Google Glass ke acara Foundation Fighting Blindness pada tanggal 5 April 2012 di San Francisco. Sebulan kemudian, Google melakukan demonstrasi untuk yang pertama, menunjukkan bagaimana Google Glass dapat digunakan untuk merekam video.

Pada awal 2013, masyarakat yang tertarik dengan Google Glass diundang untuk menggunakan pesan Twitter, dengan hashtag #IfIHadGlass, untuk memenuhi syarat sebagai pengguna awal produk. Mereka yang memenuhi kualifikasi, yang dijuluki “Glass Explorers” dan berjumlah 8.000 orang, diumumkan pada Maret 2013. Mereka lantas diminta untuk membayar 1.500 dolar AS dan diundang mengunjungi kantor Google di Los Angeles, New York, atau San Francisco, untuk mengambil unit mereka setelah mengikuti pemasangan dan pelatihan dari pemandu Google Glass.

Pada 13 Mei 2014, Google mengumumkan perpindahan ke ‘beta yang lebih terbuka’, melalui halaman Google Plus-nya. Lalu, pada bulan Februari 2015, The New York Times melaporkan bahwa Google Glass didesain ulang oleh mantan eksekutif Apple, Tony Fadell, dan tidak akan dirilis sampai ia menganggapnya ‘sempurna’.

Meski demikian, pada Juli 2017, diumumkan bahwa iterasi kedua, kali ini dengan nama Google Glass Enterprise Edition, akan dirilis di AS untuk perusahaan seperti Boeing. Google Glass Edisi Enterprise sendiri telah berhasil digunakan oleh sejumlah peneliti untuk membantu anak-anak dengan autisme dalam belajar keterampilan sosial.

Dikutip dari VOA Indonesia, sebuah percobaan kecil menunjukkan bahwa anak-anak dengan spektrum autisme mungkin lebih mudah membaca ekspresi wajah dan melihat situasi interaksi sosial ketika mereka menggunakan kacamata pintar Google Glass yang dipasangkan dengan aplikasi ponsel pintar. Para peneliti menemukan bahwa sistem yang disebut ‘Superpower Glass’ ini membantu mereka menguraikan apa yang terjadi dengan orang-orang di sekitar mereka.

Analisis ini sendiri melibatkan 71 anak-anak, usia enam hingga 12 tahun, yang menerima pengobatan standar untuk autisme, yang dikenal sebagai terapi analisis perilaku terapan. Jenis terapi ini biasanya melibatkan penggunaan latihan terstruktur seperti kartu flash yang menggambarkan wajah, untuk membantu anak-anak belajar mengenali emosi yang berbeda.

Sebanyak 40 anak secara acak ditugaskan untuk menggunakan sistem ‘Superpower Glass’, kacamata dengan kamera dan speaker yang mengirim informasi tentang apa yang dilihat dan didengar mereka, ke aplikasi ponsel pintar yang dirancang untuk membantu mereka memecahkan kode dan merespon interaksi sosial. Sementara anak-anak dengan autisme dapat berjuang untuk mengenali dan merespon emosi, aplikasi memberi mereka umpan balik secara nyata untuk membantu meningkatkan keterampilan ini.

Setelah enam minggu menggunakan Superpower Glass dalam sesi 20 menit empat kali seminggu, anak-anak yang menerima dukungan digital ini dilaporkan mendapat nilai lebih baik pada tes sosialisasi, komunikasi, dan perilaku daripada kelompok kontrol dari 31 anak yang hanya menerima perawatan standar untuk autisme. Meski demikian, menurut para periset, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami apakah Superpower Glass layak digunakan, berapa banyak keluarga yang akan memilih untuk menggunakannya, dan dampaknya pada keterampilan sosial anak-anak dengan autisme.

Review Google Glass Enterprise Edition 2

Pada Mei 2019, Google mengumumkan Google Glass Enterprise Edition 2. Produk ini sudah dilengkapi dengan prosesor tipe baru, kamera yang disempurnakan, port USB-C untuk pengisian daya lebih cepat, dan aneka peningkatan baru lain. Perusahaan memang masih tidak memosisikan Glass sebagai produk mainstream. Namun, mereka berharap agar penjualan Glass Enterprise Edition 2 bisa lebih baik. Perangkat ini sendiri dipindahkan dari perusahaan induk Google Alphabet X ‘moonshot factory’ ke dalam keluarga produk Google, sehingga memungkinkan Google memenuhi permintaan pasar berkembang untuk produk wearable di tempat kerja.

Desain Google Glass Enterprise Edition 2 ini pada dasarnya tidak banyak berubah. Unit tersebut masih menampilkan head-up display (HUD) yang relatif sederhana, bukan headset mixed-reality seperti Microsoft HoloLens. Meski demikian, perangkat tersebut telah mendapatkan peningkatan pemrosesan dengan chip Qualcomm Snapdragon XR1, yang dirancang untuk AR dan VR.

Perusahaan asal Negeri Paman Sam mengklaim bahwa dengan kekuatan XR1, headset Google Glass terbaru, dapat menggabungkan ‘visi komputer dan kemampuan machine learning mutakhir’. Perusahaan sendiri telah merilis alat visi komputer yang berfokus pada konsumen yang disebut Lens, menawarkan fitur seperti terjemahan dan rekomendasi restoran.

Selain menambahkan frame pengaman baru dalam kemitraan dengan Smith Optics, ditambah baterai yang lebih besar dan komponen yang ditingkatkan lainnya, kini Google Glass juga berjalan di atas sistem operasi Android, dengan dukungan untuk Android Enterprise Mobile Device Management. Glass awalnya disebut sebagai headset AR pasar massal. Namun, setelah keluhan tentang privasi dan fungsionalitas, Google mendesain kembali Glass sebagai alat untuk ahli bedah, pekerja pabrik, dan profesional lainnya.

Kemudian, pada Februari 2020, seperti disalin dari The Verge, Google Glass Enterprise Edition 2 tersedia untuk pembelian langsung, hampir setahun setelah diluncurkan melalui mitra kerja terpilih. Harganya tetap sama (atau sedikit lebih jika Anda mendapatkan Glass ‘pod’ yang terpasang ke sebuah band), tetapi Google mengatakan Anda tidak perlu lagi melalui ‘penyedia solusi’ untuk membelinya.

Hal itu sangat membantu bagi pengembang yang mungkin ingin mengutak-atik tampilan awal Google dan belum dapat melakukannya dengan mudah sejak peluncuran awal ‘Explorer Edition’ pada tahun 2014. Sekali lagi, ini adalah produk perusahaan, sehingga ini tidak dirancang untuk penggunaan konsumen sehari-hari. Google Glass terutama ditujukan untuk pekerjaan di konstruksi dan di lantai pabrik serta di bidang medis dan disiplin ilmu lain yang dapat menggunakan tampilan head-up yang lebih sederhana.

Jay Kothari, pimpinan proyek Google Glass, dalam tulisan di entri blog, menuturkan bahwa sejak Google Glass Enterprise Edition 2 diluncurkan Mei 2019, pihaknya telah melihat permintaan yang kuat dari pengembang dan bisnis yang tertarik untuk membangun solusi perusahaan yang baru dan bermanfaat untuk Glass. Untuk memudahkan konsumen mulai bekerja dengan Glass, mereka sekarang dapat membeli perangkat langsung dari salah satu reseller Google, seperti CDW, Mobile Advance, atau SHI.

Fitur Google Glass

  • Touchpad, terletak di samping Google Glass, memungkinkan pengguna untuk mengontrol perangkat dengan menggesek melalui antarmuka seperti garis waktu yang ditampilkan di layar. Menggeser ke belakang menunjukkan peristiwa terkini, seperti cuaca, sedangkan menggeser ke depan menunjukkan peristiwa sebelumnya, seperti panggilan telepon, foto, pembaruan lingkaran, dan lain-lain.
  • Kamera, Google Glass memiliki kemampuan untuk mengambil foto dengan resolusi 5 MP dan merekam video HD kapasitas 720p. Sementara itu, Google Glass Enterprise Edition 2 memiliki kamera 8 MP 80 derajat FOV yang ditingkatkan.
  • Layar, Google Glass versi Explorer menggunakan kristal cair pada silikon (berdasarkan chip LCoS dari Himax), sistem warna sequential-field, dan layar bercahaya LED. Penerangan LED pada layar pertama-tama terpolarisasi-P dan kemudian bersinar melalui the in-coupling polarizing beam splitter (PBS) ke panel LCoS. Panel memantulkan cahaya dan mengubahnya menjadi polarisasi S di situs sensor piksel aktif. PBS in-coupling kemudian memantulkan area terpolarisasi S cahaya pada sudut 45 derajat melalui pemisah sinar out-coupling ke collimating reflector di ujung lainnya. Akhirnya, pemecah berkas out-coupling (yang merupakan cermin pemantul sebagian, bukan pemecah berkas polarisasi) memantulkan cahaya collimated 45 derajat lagi ke mata pemakainya.

Harga Google Glass

Untuk mereka yang menginginkan Google Glass, berapa biaya yang harus dikeluarkan? Saat pertama kali diluncurkan pada Mei 2019 lalu, Google melepas Glass Enterprise Edition 2 dengan harga mulai 999 dolar AS atau sekitar Rp14,6 jutaan per unit (kurs 1 dolar AS = Rp14.640) pada 2020, jauh lebih murah daripada edisi awal yang dilepas 1.500 dolar AS atau Rp21,9 jutaan.

Kemudian, pada 2021 rupanya Google Glass Enterprise Edition 2 harganya masih sama, yakni 999 dolar AS atau jika dirupiahkan kini jadi lebih murah, yaitu Rp14.050.000 (kurs 1 dolar AS = Rp14.064,45). Di situs berbelanja online seperti Amazon juga tersedia Google Glass Explorer Edition XE V2 warna black (hitam) atau gray (abu-abu) dengan harga mulai 1.094,49 dolar AS (sekitar Rp15,3 jutaan) sampai 1.349,99 dolar AS (sekitar Rp19 juta), tergantung opsi yang dipilih.